Kamis, 20 Agustus 2009

Salah Kaprah Soal Kekayaan (Bagian Kedua)

Hidup Kaya tidak sama dengan Bermewah-mewahan

Pada bagian pertama, saya sudah menyinggung bahwa ada kesalahkaprahan yang begitu akut menyangkut masalah kekayaan. Namun demikian, saya sekali lagi menegaskan bahwa kaya atau tidaknya seseorang bukan tergantung dari besarnya penghasilan akan tetapi lebih tergantung seberapa efektif dan efisiennya seseorang menggunakan penghasilannya.

Saya Cuma menegaskan, perlu memisahkan antara hidup kaya dengan hidup bermewah-mewahan. Yang pertama adalah hak, karena setiap orang pada hakekatnya berhak untuk kaya. Sedangkan yang kedua adalah pilihan hidup. Bahkan dijaman sekarang, seseorang dapat hidup bermewah-mewahan meskipun bukan orang kaya. Lho kok bisa ?

Jawab saya, BISA SAJA ! Secara sederhana, dijaman sekarang sangat gampang mendapatkan fasilitas untuk berutang. Cobalah tengok di iklan yang ada di media massa baik cetak, televisi maupun radio. Bukankah penawaran utang sekarang ini sedang gencar-gencarnya ? Bukankah akibat mudahnya mendapatkan fasilitas utang, kalau kita berkunjung ke mall maupun pusat perbelanjaan selalu penuh dengan orang-orang ? Bukankah setiap musim liburan tempat-tempat hiburan selalu penuh ? Padahal kita semua tahu, bahwa krisis ekonomi di negeri ini belum pulih benar. Tapi setidaknya, jika memang ingin hidup bermewah-mewahan maka hal tersebut tentunya mudah sekali dilakukan pada jaman sekarang.

Seseorang yang hidup bermewah-mewahan akan menggunakan uang yang di dapat, entah dari penghasilannya maupun dari utang, untuk dibelanjakan barang-barang atau jasa yang semestinya tidak perlu namun dapat mendatangkan pujian atau minimal decak kagum dari orang lain yang melihatnya menggunakan barang dan jasa tersebut. Sementara seorang yang hidup kaya menggunakan uang yang di dapat pada barang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan dan apabila berutang maka utang tersebut digunakan untuk sesuatu yang produktif. Tentu saja dari informasi ini, anda mulai mendapat gambaran bahwa hidup kaya bukan berarti harus bermewah-mewahan dan orang yang hidup bermewah-mewahan belum tentu kaya. Anda harus memahami bahwa anda punya hak untuk kaya namun untuk bermewah-mewahan adalah pilihan yang anda sendiri dapat memilih untuk mengambilnya atau tidak.

Adalah gambaran yang sesat dan keliru kalau kita menganggap bahwa kehidupan orang kaya identik dengan kemewahan. Mungkin apabila kita menengok pada masa kolonial dahulu, bahwa orang kaya identik dengan rumah yang besar dan luas, kendaraan yang mahal, perhiasan emas yang banyak, pakaian bagus dan sebagainya. Karenanya tidak heran kalau doktrin model kolonial ini merasuki pemikiran kita, yang, padahal sudah 64 tahun negeri kita ini mengenyam kemerdekaan. Sayangnya, entah kenapa, doktrin konyol seperti ini masih saja setia menggelayuti pikiran kita. Dan hal itu juga diwariskan kepada anak dan cucu kita.

Jadi bedakan antara kekayaan dan kemewahan. Tanpa hidup mewah pun anda bisa jadi orang kaya. Juga tanpa kekayaan pun anda bisa hidup mewah. Namun masalahnya manakah yang anda pilih ? Tentu, mereka yang masih waras akalnya dan bersih nuraninya akan meninggalkan hidup bermewah-mewahan.

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar