Minggu, 27 September 2009

Taqobbalallahu Minna Wa Minkum

Tak terasa....
Fajar 1 Syawal 1430 Hijriyah telah menyingsing
Seiring gema takbir membelah bahana
Saling silaturrahmi untuk memaafkan semua dosa dan kesalahan

Ada banyak khilaf yang terjadi
Ada banyak kesalahan kata, ucap, pikir, dan laku yang telah dilalui
Namun dihari nan fitri ini semoga semua menjadi suci
Kembali kepada jiwa yang fitri

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1430 H
Semoga Allah melimpahkan karunia, rahmat, ampunan dan keberkahan di bulan ini
Dan semoga Dia melimpahkan kekuatan iman dan islam dalam hati dan dada kita
Agar dapat menaklukan tantangan selama 11 bulan ke depan
Hingga akhirnya kita berjumpa lagi dengan Ramadhan.

Taqobbalallahu Minna Wa Minkum
Wa Ja'alallahu Minal 'Aidin Wal Faizin

Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Samudra Gunadharma dan Keluarga

Rabu, 16 September 2009

Pegawai Negeri Sipil di Amerika

Ini saya kuitp dari situs VOA News Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa diwacanakan secara nasional.
__________________________________________________________________


Di Amerika Serikat orang bisa masuk menjadi pegawai negeri dari segala tingkat usia di atas 18 tahun, di segala tingkat kepangkatan.

Tatacaranya seperti ini. Jika terbuka lowongan satu jabatan, maka ini biasanya diiklankan secara luas melalui papan pengumuman dan suratkabar. Dalam iklan itu disebutkan dengan jelas: tugas dan tanggungjawab, besarnya gaji, persyaratan calon yang mencakup pendidikan dan pengalaman, serta test yang harus dilewati. Lowongan ini dapat dilamar oleh orang dalam atau orang luar kantor atau instansi bersangkutan. Artinya, kalau terbuka lowongan jabatan yang lebih tinggi dari jabatan yang anda duduki sekarang, anda dapat mengajukan lamaran untuk memperoleh jabatan tersebut lewat persaingan dengan calon-calon lain, baik dari lingkungan kantor saudara atau calon dari luar. Dan anda juga dapat mengajukan lamaran untuk memperoleh kedudukan lebih tinggi di instansi lain, kalau terbuka lowongan di sana.

Sebab itu di Amerika bukanlah hal yang aneh jika seorang pegawai pindah kerja dari satu instansi ke instansi lain atas inisiatif sendiri, dalam usaha mengejar jabatan dan gaji yang lebih tinggi. Juga merupakan hal yang biasa, jika seorang pegawai berhenti dan pindah ke swasta, lalu beberapa tahun kemudian muncul lagi menjadi pegawai di instansi yang sama, dengan pangkat yang lebih tinggi. Masa kerjanya sebagai pegawai negeri di masa lalu tetap berlaku untuk perhitungan pensiun.

Penggajian dilandaskan pada beberapa sistem jenjang kepangkatan. Yang paling umum adalah yang disebut General Schedule atau GS, yang membagi jenjang kepangkatan menjadi 15 tingkat yang disebut grade, mulai yang terendah GS-1, sampai GS-15.

Selain pembagian jenjang kepangkatan menjadi 15 tingkat, untuk tiap-tiap tingkat ada lagi pembagian skala gaji yang disebut step, semacam kenaikan berkala sampai 10 kali.

Seperti umumnya pembayaran gaji dan upah di Amerika, pegawai negeri di Amerika gajian sekali dua minggu, jadi 26 kali setahun. Pegawai bekerja 8 jam penuh sehari, 5 hari seminggu. Dalam daftar gaji ia akan melihat besar gaji yang diterimanya per jam, dan penghasilannya selama 2 minggu atau 80 jam kerja. Ia juga dapat melihat berbagai potongan diantaranya asuransi, potongan pensiun dan pajak pendapatan. Tidak ada tunjangan isteri atau suami, tunjangan anak dsb-nya.

Pegawai negeri Amerika Serikat, umumnya sewaktu gajian tidak diberi uang tunai. Dulunya gaji dibayar dengan check yang kemudian di-depositokan atau di-uangkan si pegawai ke bank. Tetapi sekarang saya lihat gaji tidak lagi dibayar dengan cek, melainkan dikirim langsung oleh bagian pembayaran gaji lewat transaksi elektronis ke rekening bank pegawai bersangkutan. Kemudian untuk membayar berbagai tagihan bulanan seperti cicilan pembelian rumah, angsuran mobil, tagihan kredit card, rekening telepon, rekening listrik, gas, air, televisi kabel, rekening suratkabar dan berbagai rekening lain, dia menulis cek pribadi sebesar tagihan, dan mengirimkannya lewat pos.

Kalau si pegawai perlu uang tunai dia dapat mengambilnya ke bank atau menariknya dari ATM (Automatic Teller Machine), yang terdapat di banyak tempat seperti di samping bank, di pusat-pusat pertokoan atau di bandar udara.

Memaknai Idul Fitri

Sebentar lagi Ramadhan yang mulia akan meninggalkan kita. Tak terasa pula kita akan memasuki hari dimana banyak orang sering memaknai sebagai hari kemenangan. Namun bagi saya, istilah "kemenangan" sebenarnya kurang tepat. Karena "kemenangan" yang sesungguhnya adalah manakala kita dijauhkan oleh Allah swt. dari siksa neraka-Nya dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Lebih tepat apabila hari setelah kita berpuasa satu bulan dinamakan Idul Fitri.

Secara harfiah kata "Idul Fitri" berarti kembali kepada kesucian. Suci disini lebih kepada suci jiwa dan hati. Suci dari segala kotoran jiwa seperti malas, tidak profesional, asal-asalan dalam bekerja, tidak rapih dan sebagainya juga suci dari segala penyakit hati seperti iri, dengki, hasud, dendam, pemarah dan lain-lainnya. Kesucian yang akan diraih pada hari Idul Fitri adalah wajar karena selama satu bulan kita ditempa untuk menegakkan nilai-nilai ibadah ramadhan. Yang bukan saja mengajarkan kita untuk menahan diri dari makan dan minum saja tapi juga kecenderungan kepada hawa nafsu yang merusak.

Saya tidak akan membahas fenomena masyarakat kita pada saat Idul Fitri. Rasanya terlalu banyak tulisan, artikel maupun komentar yang termuat di media lainnya. Namun semuanya mengarah kepada sebuah keprihatinan. Prihatin, lantaran kesucian Idul Fitri harus ternoda karena sikap hedonis yang dipertontonkan sebagian masyarakat. Bahkan ada disebuah wilayah di Jawa Barat beberapa tahun lalu penduduk dua desa saling berkelahi seusai shalat id karena hal sepele. Karena sudah terlalu banyak yang telah membahasnya maka saya lebih memfokuskan pada makna dari Idul Fitri itu sendiri.

Seharusnya, ketika seseorang telah ditempa oleh ujian dan latihan selama satu bulan ramadhan maka dia akan menjadi lebih ikhlas, sabar dan teguh pendirian. Dia juga lebih mampu mengendalikan hawa nafsunya dan mampu mengarahkan hawa nafsunya kepada hal-hal yang dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dia juga mampu untuk berempati kepada masyarakat lainnya. Meningkatkan kepekaan sosial dan menjadi manusia yang mampu berguna bagi manusia lainnya. Hal-hal seperti inilah yang sewajarnya di peroleh manakala Idul Fitri tiba.

Sebagai bahan perbandingan, marilah kita contoh kehidupan para shahabat Rasulullah Saw. Mereka benar-benar menggembleng diri mereka dalam ujian dan latihan Ramadhan. Setiap ramadhan tiba minimal satu kebiasaan atau sifat buruk dapat dibuang. Sehingga manakala Idul Fitri tiba mereka telah berhasil meninggalkan minimal satu sifat atau kebiasaan buruk tersebut. Hal ini berlangsung secara terus-menerus disetiap Ramadhan dan Idul Fitri. Sehingga tidak heran kalau mereka menjadi generasi yang unik dan penuh prestasi. Baik prestasi duniawi maupun prestasi ibadah.

Bagaimana dengan kita ? Apakah pada saat Idul Fitri datang kita telah berhasil membuang minimal satu kebiasaan atau sifat buruk kita ? Ataukah kita juga ikut terlarut dalam gaya hidup hedonistis yang dipertontonkan oleh sebagian besar masyarakat kita ? Jawabannya tentu hanya Allah dan kita saja yang tahu.

Wallahua'lam

Jumat, 11 September 2009

Sebuah Doa

Ya Allah Ya Tuhan kami,
Engkau telah penuhi hati kami dengan cinta
Engkau telah hiasi hidup kami dengan kasih sayang mesra
Karena Engkaulah kami senantiasa bersama

Ya Allah Ya Tuhan kami,
Kami telah membuktikan kebesaranMu
Kami telah terpaut dengan ikatan karenaMu
Karena itu, Yaa Rabbi,
Jadikanlah kami menjadi orang yang senantiasa berkasihsayang dijalanMu
Titipkan bagi kami kebahagiaan
Hiasi hidup kami dengan ketakwaan
Lindungi kami senantiasa dalam genggaman
DitanganMu yang Maha Perkasa nan Kokoh
Berikan kami kekuatan untuk dapat meraih kebahagiaan
Berikan kami pula kemudahan untuk sampai ditempat tujuan
Surga abadi nan indah dan kekal

Ya Allah Ya Tuhan kami,
Kabulkan permohonan kami,
Ampuni kesalahan kami,
Maafkanlah kami,
Jangan pernah Engkau singkirkan cinta dari hati kami
Jangan pula Engkau cabut dari kami nikmat bercinta yang menggelora
Karena sesungguhnya kami bersatu karenaMu
Karena dengan namaMu kami berdua menjadi sepasang kekasih abadi
Karena takdirMu kami menjadi satu jiwa

Ya Allah, Ya Tuhan kami,
Karuniakan kami perasaan saling merindu
Berikan kami kenikmatan manakala bercumbu
Berkahilah kami manakala kami menuntaskan gairah yang menggelora
Nyalakanlah kami api cinta abadi
Di dalam hati kami
Kuatkanlah tali kasih kami berdua
Karena sesungguhnya,
Kami bersatu karenaMu
Kami menjalin tali kasih karena mengikuti ajaran RasulMu

Kabulkan Ya Allah
Terimalah doa kami,
Dari dua insan yang saling mencinta karenaMu dengan penuh gelora

Amin

(Untuk si cantik yang dengan bangga kusebut dia "istriku")

Senin, 07 September 2009

Perlukah Mengejar Kebahagiaan ?

Semua orang di dalam perjalanan pengembaraan kehidupan ini senantiasa berbuat sangat banyak. Mereka sangat rela untuk bangun lebih awal, tidur hingga larut, juga mengorbankan waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk beristirahat dan bersenang-senang. mereka sangat sibuk. Apalagi di jaman yang serba cepat, kesibukan itu semakin meningkat dan terus meningkat. Coba tanyakan kepada mereka, apakah yang mereka kejar ? Apakah yang mereka cari ? Jawabannya mungkin bisa bermacam-macam. Namun ada satu jawaban yang pasti yakni MENGEJAR KEBAHAGIAAN !!

Semua orang ingin bahagia. Itu lah esensi kenikmatan kehidupan. Itu pula lah yang membuat manusia merasa puas akan eksistensinya. Dia mendapatkan pengakuan akan prestasinya dan sekaligus menggapai kepuasan batin. Namun sayangnya, hingga kini banyak orang yang terjerumus dalam kebahagiaan semu. Mereka tampak memiliki segala-galanya. Namun ternyata menjalani hidup seperti di penjara. Mereka telah memiliki apa pun yang tidak dimiliki oleh orang lain yang hina dina atau papa kelana. Namun ternyata, jauh di lubuk hati selalu merasa tersiksa.

Lalu dimanakah kebahagiaan ? Adakah dia ada ditumpukan emas permata ? Pangkat, jabatan dan segala predikatnya ? atau pada kecantikan seorang wanita ? atau pada lain-lainnya ?

Jika kita mau melihat apa yang tertera dalam perkataan-Nya di dalam kitab suci nan agung, sungguh Dia pasti akan memberikan kebahagiaan kepada siapapun yang termasuk dalam kriteria-Nya

"Dan bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh maka kebahagiaan bagi mereka dan tempat kembali yang baik (surga) " (The Holly Qur'an Surah 13 Verse 29)

Perhatikan firman yang cukup singkat namun padat maknanya. Kebahagiaan merupakan hak prerogatif-Nya untuk diberikan kepada siapa pun bagi mereka yang beriman dan beramal shaleh. Bahwa kebahagiaan adalah hal mutlak yang akan diberikan kepada siapa pun yang berusaha untuk senantiasa beriman kepada-Nya dan menjalankan amal shaleh sesuai dengan yang diperintahkan oleh Dia dan dicontohkan oleh Rasul-Nya.

Karena itu, wahai Saudaraku. Marilah kita tingkatkan kadar keimanan kita serta kualitas dan kuantitas amal shaleh. Kita jadikan kesibukan kita untuk berupaya menjadi hamba Allah yang senantiasa beriman dan beramal shaleh. Kita jadikan tiap jam, menit, dan detik sebagai upaya untuk menjadi hamba yang terbaik dalam memberikan pengabdian dan prestasi ibadah yang setinggi-tingginya. Maka kelak, Dia lah yang akan memberikan kebahagiaan kepada kita. Kalau sudah begitu, bukan lagi kita yang mengejar kebahagiaan, namun justru kebahagiaanlah yang akan mengejar kita.

Ditengah perjalanan pengembaraan ini, mari kita introspeksi. Sudahkah kita meningkatkan keimanan kita ? apabila ya, apakah kita telah beramal shaleh untuk hari ini ?