Rabu, 08 Desember 2010

Kelucuan dalam Kesantunan

Apakah yang menjadi bayangan atau pikiran anda tentang hal-hal yang dapat diasosiasikan atau dikaitkan dengan kelucuan ? Pastinya anda akan menjawab kekonyolan, hal-hal unik, sesuatu yang dijadikan bahan tertawaan atau yang paling penting kebodohan yang berlebihan, keluguan dan bahkan olok-olok atas sesuatu kekurangan yang dimiliki seseorang. Tanpa kita sadari, justru hal-hal tersebut sering digunakan dalam keseharian kita untuk menimbulkan kelucuan dan memancing tawa. Tak sadar pula, banyak orang termasuk kita menggunakan hal-hal tersebut untuk melucu dan berhumor dengan cara sengaja menciptakan kekonyolan, olok-olok, maupun keluguan yang dibuat-buat.

Namun tidak kah kita pernah perhatikan, bahwa pada segelintir orang, justru mereka mampu menghadirkan kelucuan dan humor dengan penuh kesantunan, kebijakan dan tanpa menggurui ? Bahkan mereka secara tidak langsung mengajarkan kepada kita hikmah atau pesan moral yang berarti dengan cara membuat kita tersenyum dan tertawa. Seringkali pula, kita menyunggingkan senyum atau melepas tawa kita melihat atau menyaksikan mereka dalam diam atau pun berbicara, padahal yang dibicarakan adalah sesuatu apa adanya. Inilah kelebihan yang sangat jarang dimiliki orang banyak namun sangat dirindukan kehadirannya karena ada manfaat yang ingin di dapat dari tiap kelucuan yang dibuat.

Hal tersebut melekat pada komedian bernama Robbin Williams. Dalam setiap film-filmnya, kelucuan justru timbul dari dialog-dialog cerdas, adegan-adegan yang terkadang hening namun penuh warna, dan bahkan pada pemahaman terhadap plot cerita yang muncul ketika pikiran kita mampu menangkap pesan moral yang disampaikan. Jika dibandingkan dengan film-film lainnya-- yang lebih menjual adegan slapstik, dialog porno dan jorok, serta mengeksploitasi kekurangan atau cacat orang lain-- maka hal tersebut tidak muncul dalam film-filmnya. Itulah sebabnya, Saya sendiri selalu antusias untuk menonton film yang dibintanginya lantaran kelucuan yang begitu santun dan mengajarkan nilai moral yang baik mampu ditampilkan bersamaan dengan kemasan yang sangat baik dan menghibur.

Untuk contoh di Indonesia, hal tersebut ada pada diri Pak Dedy Mizwar. Apabila kita menelisik setiap film-film maupun sinetron-sinetron yang beliau bintangi, terasa betul bahwa kelucuan yang dihadirkan adalah kelucuan yang dibangun dengan kecerdasan dialog, plot cerita yang terkesan mengalir namun begitu kita memahami, kita pun dbuat tertawa karenanya. Tidak heran, ketika ada sinetron maupun film yang dibintangi oleh beliau, Saya dan istri pun tidak segan-segan untuk menontonnya.

Lalu bagaimana dengan para sineas kita ditanah air? Tanpa bermaksud untuk merendahkan dan menghinakan sepertinya dunia perfilman di tanah air kita makin jalan ditempat bahkan semakin memburuk. Hanya unggul dari sisi kuantitas namun sangat buruk dari segi kualitas. Plot cerita yang datar dan terkesan meniru-niru sinema luar negeri, akting para aktor dan aktris yang kaku dan terkesan konyol serta dibuat-buat semakin melengkapi keburukan atas kualitas film maupun sinetron yang dihasilkan. Karenanya, saya mendukung penuh pendapat banyak pakar yang menyatakan bahwa kebanyakan menonton film dan sinetron produksi dalam negeri hanya semakin merusak moral kita dan generasi muda dibawah kita.

Oleh karenanya, adalah upaya yang sangat panjang dan berliku untuk membuat suatu lawakan yang lucu, dalam bentuk film dan sinetron, namun dibalut dengan kecerdasan, kesantunan dan kesopanan tanpa ada maksud menggurui. Saya yakin, bahwa usaha ke arah tersebut sangat sulit, membutuhkan kesungguhan yang sangat ekstra serta upaya serius dan dukungan yang tidak henti-hentinya dari banyak pihak. Namun melihat contoh dari Robbin Williams dan Pak Dedy Mizwar, sesungguhnya kita boleh bersikap sedikit optimis bahwa hal tersebut ternyata bukanlah mustahil untuk bisa diwujudkan.

1 komentar:

Hery Herdianto mengatakan...

Pak, Saya setuju sama pilihan Bapak, kalo Dedy Mizwar adalah pelawak yang tak pernah menggunakan "alat Bantu" (alat bantu disini disini adalah material phisik contohnya tubuh manusia yang gak enak diliat....ngerti kan maksud gue)...Beliau menggunakan akal sehat dan luasnya wawasan sebagai bahan lelucon, artinya dia jenius dalam membuat humor lewat kata-kata tanpa harus mengungkit phisik seseorang. Tapi kenyataannya Gun, banyak orang, mungkin termasuk saya, akan lebih cepat tertawa apabila melihat pelawak yang saling menjelek-jelekkan keadaan phisik...Mungkin memang aku mesti harus banyak belajar agar luas wawasannya dan berfikir jernih bahwa melucu itu gak harus pakai "alat Bantu" seperti yang saya maksudkan diatas ya Gun....hehehehe....BTW kemana aja Gun, aku baru sempet liat Blog kamu lagi setelah kehilangan HP yang ada nomormu....oke sampai ketemu di dunia nyata ya Gun....tetap menulis...! oke

Posting Komentar