Minggu, 03 Januari 2010

Antara NAZI, Amerika dan Israel

Secara tidak sengaja, saya menonton acara yang ditayangkan oleh National Geographic Channel (NGC) yang berjudul Appocalypse: The Second World War. Tayangan yang berdurasi 6 jam ini sepenuhnya menggunakan film yang diambil oleh wartawan dari berbagai negara yang terlibat perang seperti dari Amerika Serikat, Jerman, Inggris, Italia, Rusia, dan Jepang. Namun dari sekian banyak ulasan yang dibeberkan selama 6 jam tersebut, ulasan tentang metode dan taktik perang yang dijalankan oleh NAZI Jerman-lah yang membuat saya betah berlama-lama menonton.
Di masa awal-awal Perang Dunia Kedua antara tahun 1939 hingga 1942, NAZI Jerman mampu menduduki sebagian besar wilayah Eropa dengan taktik perang yang dinamakan Blitzkrieg alias Perang Kilat. Secara umum, taktik perang seperti ini memang merupakan metode yang paling ampuh untuk dapat menguasai suatu negara dengan cepat. Adapun taktik ini dibagi beberapa tahap antara lain :

Tahap Pertama. Dimulai dengan Serangan Udara yang sangat masif. Pengeboman pertama difokuskan pada target-target strategis yang menguasai hajat hidup orang banyak. Seperti pusat telekomunikasi, markas militer dan kepolisian, logistik, kelistrikan dan transportasi. Selanjutnya, pengeboman dari udara ini difokuskan pada target-target pangkalan Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Sedapat mungkin, pengeboman harus menimbulkan kerusakan yang sangat besar pada target-target tersebut.

Tahap Kedua. Melakukan bombardir secara besar-besaran di sepanjang tapal batas negara yang akan dikuasai dengan menggunakan senjata altileri berat. Altileri berat ini difokuskan pada penghancuran pos-pos militer diperbatasan, lahan-lahan pertanian dan peternakan serta perkebunan di wilayah-wilayah pedesaan yang biasanya banyak terdapat populasi warga sipil. Tujuannya untuk menimbulkan ketakutan warga pedesaan untuk segera mengungsi karena tempat mereka sudah tidak aman untuk ditinggali. Selanjutnya, bombardir ini juga diarahkan ke kota-kota kecil yang terdapat pos atau kantor militer, kepolisian lokal dan pemerintah daerah sehingga layanan publik dikota-kota tersebut menjadi lumpuh.

Tahap Ketiga. Setelah perbatasan kosong dan banyak warga mengungsi, maka dilanjutkan dengan serangan pasukan tank yang secara besar-besaran. Tank-tank ini bergerak ke semua kota-kota di negara tersebut sambil melakukan penghancuran besar-besaran terhadap fasilitas pertahanan dan keamanan. Dalam serangan yang diarahkan ke Ibu Kota atau Kota Besar penting lainnya, Tank-tank ini dibantu dengan pemboman dari udara atau tembakan dari Kapal-kapal Perang jika kota tersebut merupakan kota pelabuhan.

Tahap Keempat. Setelah dipastikan semua kota-kota berhasil dimasuki oleh pasukan Tank, maka giliran pasukan infanteri yang melakukan penyerangan ke sisa-sisa kekuatan pasukan musuh. Masuknya pasukan infanteri dalam jumlah besar ke negara musuh tersebut juga diikuti oleh masuknya pasukan penerjun payung ke jantung Ibu Kota. Pasukan infanteri bertugas untuk melakukan sapu bersih di setiap kota-kota yang mereka lalui. Pasukan yang diterjunkan di jantung Ibu Kota bertugas untuk menangkap pejabat-pejabat penting yang ada di negara tersebut.

Tahap Kelima. Para pejabat penting yang telah ditangkap tersebut dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi. Eksekusi ini diberitakan secara luas dan besar-besaran. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi negara tersebut untuk menyerah atau bekerja sama dengan pihak yang melakukan serangan ke negaranya.

Namun demikian taktik perang ini, meskipun berhasil, tetap memiliki kelemahan. Kelemahan terbesar adalah karena taktik seperti ini menelan biaya yang tidak sedikit dan juga terlalu banyak memakan sumber daya yang amat banyak. Taktik seperti ini hanya bisa dilakukan oleh negara yang memiliki sumber daya yang sangat banyak dan industri perang yang kuat.

Adalah fakta yang menarik dicermati bahwa taktik ini diterapkan oleh militer Amerika Serikat ketika mereka menyerang Afghanistan pada Oktober 2001 dan Irak pada Maret 2003. Taktik yang 100% menjiplak NAZI Jerman ini berakhir dengan kisah sukses Amerika menguasai ke dua negara tersebut.

Rupanya militer Israel tidak mau kalah. Pada Desember 2008 yang lalu, taktik ini digunakan untuk menyerang dan menguasai Jalur Gaza di Palestina. Namun demikian, tidak terjadi kisah sukses karena diluar dugaan terjadi perlawanan gerilya yang amat sengit disamping reaksi dunia Internasional atas serangan Israel tersebut.

Lalu adakah hubungan antara NAZI Jerman, Amerika Serikat dan Israel ? Silahkan anda sendiri yang menyimpulkannya !.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar